Sabtu, 28 Maret 2015

PORIFERA

PRAKTIKUM II

Topik              :   Porifera      
Tujuan            : Mengenal morfologi dan tanda- tanda  karakteristik anggota  phylum Porifera.
Hari/Tanggal  :  Kamis/ 5 Maret 2015
Tempat           : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin.


       I.   ALAT DAN BAHAN
A.    Alat
1.      Lup
2.      Papan seksi/baki
3.      Alat tulis
B.     Bahan
Awetan kering spesies Porifera ( Microciona, Euspongia, dan Hippospongia).

    II.  CARA KERJA
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Menggambar morfologi hewan Porifera.
3.      Memberikan keterangan selengkapnya dan menuliskan sistematiknya.

 III.  TEORI DASAR
            Porifera mewakili hewan-hewan primitif yang bersimetri radial atau asimetri dan menyimpang dari garis utama evolusi Metazoa, serta merupakan cabang evolusi yang disebut Parazoa. Hewan ini hidup di laut, beberapa di air tawar, tidak aktif, tidak bertangkai, memiliki banyak pori.
Sistem pencernaan berlangsung secara intraseluler.


 IV.  HASIL PENGAMATAN

V. ANALISIS DATA
     1. Microciona sp
              Klasifikasi :
Kingdom    : Animalia
Phylum       : Porifera
Classis        : Demospongiae
Ordo          : Poiciloclerina
Family        : Microcionidae
     Genus         : Microciona
Species       Microciona sp
(Sumber: Jasin, Maskoeri. 1984)

     Microciona sp termasuk kelas Demospongia. Kelas ini memiliki tubuh yang terdiri atas serabut atau benang-benang spongin tanpa skeleton. Kadang-kadang dengan spikula dari bahan zat kersik. Tipe aliran airnya adalah leukon. Demospongia merupakan kelas dari Porifera yang memiliki jumlah anggota terbesar. Sebagian besar anggota Desmospongia berwarna cerah, karena mengandung banyak pigmen granula dibagian sel amoebositnya.

Kelas Demospongiae memiliki sekitar 4.750 spesies yang berada di dalam 10 ordo. Distribusi geografis mereka berada di lingkungan laut dari daerah intertidal ke zona abyssal, dan beberapa spesies menghuni air tawar.

Anggota dari Demospongiae berbentuk asimetris. Demospongians tumbuh pada berbagai ukuran dari beberapa milimeter sampai lebih dari 2 meter. Mereka dapat berbentuk krusta tipis, benjolan, pertumbuhan seperti jari, atau bentuk guci. Butiran pigmen pada sel amoebocytes sering membuat anggota kelas ini berwarna cerah, seperti warna: kuning terang, oranye, merah, ungu, atau hijau.

2. Euspongia sp
        Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum    : Porifera
Classis      : Demospongiae
Ordo        : Keratosa
Family      : Euspongidae
Genus      : Euspongia
Species     : Euspongia sp
(Sumber: Jasin, Maskoeri. 1984)
   
   Hewan porifera ini hidup di laut pada kedalaman tertentu, bertubuh lunak, tidak mempuyai rangka, walaupun ada hanya terdiri dari serabut-serabut spongin dengan  dari kersik, kebanyakan ditemukan dilaut dan mempunyai pori-pori disetiap tubuhnya.Bertulang lunak dan tidak memilki spikula. Kerangka tubuhnya khusus terbentuk dari bahan sponging.

Ciri-ciri : mempunyai spongia yang lebih kasar, tidak berspekula kerangka tubuhnya khusus terbentuk dari bahan spongin. Merupakan binatang sponsa yang dipakai untuk alat penggosok pada waktu mandi.Merupakan organisme multiseluler, bentuk tubuh seperti tabung atau jambangan bunga dan permukaan tubuhnya berpori. Pori tersebut dinamakan ostium (jamak: ostia) mempunyai saluran yang menghubungkannya dengan rongga tubuh (spongocol). Di ujung tubuh terdapat lubang yang disebut oskulum. Fungsi saluran ostia-spongocoal-oskulum adalah sebagai saluran air yang membawa bahan makanan untuk porifera.


3. Hippospongia sp
   Klasifikasi :
 Kingdom     : Animalia
 Phylum        : Porifera
 Classis         : Demospongiae
 Ordo            : Keratosa
 Family         : Hipposngiadae
 Genus         : Hippospongiae
 Species        Hippospongiae sp
 (Sumber: Jasin, Maskoeri. 1984)

Hewan ini biasanya di temukan di atas dasar karang dengan kedalaman 10-15 m. Berbentuk seperti batu dengan banyak celah. Porifera ini hidup di dasar laut, tidak memiliki spikula dan bertubuh lunak. Kerangka tubuhnya dari sponging.
Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit. Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari. Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang. Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter. Seluruh hippospongia memiliki saluran air tipe Leukonoid. Habitatnya umumnya di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar. Hippospongia ini adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air.

VI. KESIMPULAN
1.      Porifera merupakan filum dalam Kerajaan Animalia terdiri dari semua spesies spon (bunga karang). Porifera berarti hewan yang mempunyai tubuh berpori. Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana dan hidup menetap (sessil) pada dasar perairan.
2.      Ciri karakteristik Porifera, yaitu :
·         Tidak ada simetri yang pasti.
·          tubuh multiseluler, beberapa jaringan, tidak ada organ.
·         Sel dan jaringan mengelilingi ruang diisi air tetapi tidak ada rongga tubuh sejati.
·         Semua sesil, (hidup melekat pada sesuatu).
·         Reproduksi seksual atau aseksual, reproduksi seksual dapat berupa gonokoristik      atau hermafrodit.
·         Tidak memiliki sistem saraf.
·          Memiliki tahap larva yang berbeda dengan planktonik.
·         Tinggal di lingkungan perairan, terutama laut.
·         Semua adalah penyaring makanan.
·         Sering memiliki kerangka spikula.
3.  Dari hasil pengamatan yang termasuk ke dalam phylum Porifera yaitu   Microciona sp, Euspongia sp, dan Hippospongia sp.

  VII. DAFTAR PUSTAKA                                                                 
Anonim a.  2015. Microciona sp. Tersedia. Http://www. quizlet.com (online), diakses tanggal 13 Maret 2015.
Anonim b. 2015. Euspongia sp. Tersedia. Http://wwwpixshark.com (online), diakses tanggal 13 Maret 2015
Anonim c. Hippospongia sp.2015. Tersedia. Http://www. imgarcade.com (online), diakses tanggal 13 Maret 2015
  Anonim d. 2015. Http://infobiologiku.blogspot.com/2013/09/klasifikasi- avertebrata-bagian.html (online), diakses tanggal 13 Maret 2015
  Anonim f. 2015. Http://www.sridianti.com/ciri-porifera.html (online), diakses tanggal 13 Maret 2015
  Bunda Halang, Dharmono, Mahrudin, M.Arsyad, dan Amalia Rezeki. 2015. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Banjarmasin: FKIP UNLAM Banjarmasin.



Jumat, 27 Maret 2015

ANNELIDA

PRAKTIKUM IV


Topik               : Annelida
Tujuan             : Mengamati dan menyebutkan ciri-ciri morfologi dari cacing                                   tanah dan Lintah
Hari/Tanggal   : Kamis/ 12 Maret 2015
Tempat            : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin 


       I.            ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
      1. Styrofoam
      2. Jarum Pentol
      3. Baki
      4. Lup
      5. Pinset
      6. Cawan Petri

B. Bahan :
     1. Cacing Tanah (Pheretima sp)
     2. Lintah (Hirudo medicinalis)

  1. CARA KERJA
1.      Meletakkan cacing tanah yang hidup diatas styrofoam dan lintah diatas cawan petri.
2.      Mengamati morfologi dari cacing tanah dan lintah.
3.      Mengukur panjang, menghitung jumlah total segmen, mencari letak mulut, klitelium, anus, lubang muara duktus segmatikus, dan menghitung keliling pada cacing tanah.
4.       Menggambar dan memberikan keterangan.
  1. TEORI DASAR
          Annelida terbagi atas 2 kelas yaitu Oligochaeta dan Polychaeta. Yang kita pelajari saat ini adalah kelas Oligochaeta dan Polychaeta dengan contohnya adalah Pheretima  atau Megascolex.
          Tubuh Pheretima atau Megascolex terdiri atas segmen-segmen pada bagian anterior terdapat mulut/prostomium dan badan bagian posterior terdapat anus.
Pada beberapa spesies cacing tanah memiliki jumlah segmen yang berbeda-beda dan letak klitelium pun berbeda. Pada phylum Annelida ditandai dengan adanya setae.

  1. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
No.
Yang diamati
Keterangan
1.
Panjang Cacing Tanah
19 cm
2.
Jumlah Total Segmen
174 segmen
3.
Letak Mulut
Segmen ke -1
4.
Letak Klitelium
Antara Segmen ke 11-16
5.
Letak Anus
Segmen ke-174
6.
Letak Lubang Muara Duktus Segmatikus
Segmen ke-13
7.
Keliling Cacing Tanah
K = .d
    = (3,14). (1,5) cm
    = 4,71 cm.

  1. ANALISIS DATA
1. Cacing Tanah ( Pheretima sp )
   Klasifikasi :
   Kingdom      : Animalia
   Phylum         : Annelida
   Classis          : Oligochaeta
   Ordo             : Opisthopora
   Familia         : Pheretimanidae
   Genus           : Pheretima
   Spesies         : Pheretima sp
   (Sumber : Hegner & Engemann, 1968)
            Tubuh cacing tanah terbagi menjadi lima bagian, yakni bagian depan (anterior), bagian tengah, bagian belakang (posterior), bagian punggung (dorsal), dan bagian bawah atau perut (ventral). Mulut berada di depan segmen pertama, dan anus berada di belakang segmen terakhir. Mulut dan anus bukan bagian dari segmen, melainkan bagian dari tubuh tersendiri. Mulut cacing tanah dilengkapi dengan prostomium (bibir mulut).
Cacing tanah jenis Pheretima sp segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima sp. antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung (Kimball, 1998).
Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot.
Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal) (Kimball, 1998).
           Cacing tanah bersifat hermaprodit. Sepasang ovarium menghasilkan ova, dan terletak di dalam segmen ke-13. Kedua oviduknya juga terletak di dalam segmen ke-13 dan infudibulumnya bersilia. Oviduk tadi melalui septum yang terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14, dan di dalam segmen ke-14 membesar membentuk kantong telur. Testis terletak di dalam suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesicula seminalis. Duktus spermatikus mulai dari testis bagian ujung, dan melanjutkan diri ke posterior sampai segmen ke-15, dan pada segmen ini juga duktus itu bermuara keluar.

           Spermatozoa yang telah meninggalkan testis, akan masuk ke dalam vesicular seminalis dan selanjutnya tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak terjadi autofertilisasi. Di antara segmen-segmen 9 dan 10, 10 dan 11, terdapat receptaculum seminalis, yang merupakan tempat penampung spermatozoa dari cacing lain.
          Keunikan dari cacing ini adalah dapat memakan organisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah. Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah. Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak.

2. Lintah (Hirudo medicinalis)
   Klasifikasi :
               Kingdom  : Animalia
               Phylum     : Annelida
               Class         : Clitellata
               Subclass    : Hirudinea
               Ordo          : Arhynchobdella
               Family       : Hirudinidae
               Genus        : Hirudo
               Spesies      : Hirudo medicinalis
               (Sumber: Pechenik, 2005)
Lintah (Hirudo medicinalis) merupakan organisme yang tergolong sebagai makrozoobentos. Organisme lain yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida (Cummins, 1975 dalam Denny et al., 2009). Lintah sebenarnya tidak mirip dengan anggota annelida lainnya. Lintah memiliki jumlah segmen yang tetap (biasanya 34). Tubuh rata pada bagian dorsoventral, tidak memiliki seta, tidak memiliki parapodia, serta memiliki alat penghisap di bagian anterior (depan), dan posterior (belakang). Pada beberapa bagian spesies, selom tidak dibagi oleh septa, dan selom telah diisi oleh jaringan penghubung dan otot.

Lintah tergolong hermaprodit, dan perkembangbiakannya sama seperti oligochaeta. Lintah umumnya ditemukan di habitat air tawar, tetapi sebagian kecil di temukan di laut dan darat. Apabila di darat biasanya dalam kondisi tempat yang hangat dan lembab. Lintah termasuk karnivora karena memakan avertebrata kecil lainnya, tetapi beberapa jenis lintah merupakan parasit penyedot darah hewan lain termasuk manusia. Panjang lintah berkisar antara 1-3 cm. Spesies lintah parasit akan mensekresikan hirudin yang berfungsi mempertahankan darah inang supaya tidak menggumpal. Biasanya lintah mengisap darah sampai sepuluh kali berat tubuhnya. Setelah mengisap sebanyak itu, lintah dapat bertahan selama berbulan-bulan tanpa makan.

  1. KESIMPULAN
1.      Dari hasil pengamatan, bagian tubuh cacing tanah terdiri dari mulut, klitelium, lubang muara duktus segmatikus, segmen, anus, bagian anterior dan bagian posterior.
2.      Cacing tanah yang telah diamati memiliki panjang 19 cm, jumlah total segmen ada 174 segmen, mulut terletak pada segmen ke-1, klitelium terletak antara segmen ke 11-16, anus terletak di segmen ke-174, lubang muara duktus segmatikus di segmen ke-13, dan keliling cacing tanah yaitu  4,71 cm.
3.      Annelida terbagi atas 2 kelas yaitu Oligochaeta dan Polychaeta.
4.      Cacing tanah dapat hidup di air tawar atau di darat, yaitu pada tanah yang mengandung humus.
5.      Lintah tergolong hermaprodit, dan perkembangbiakannya sama seperti oligochaeta. Lintah umumnya ditemukan di habitat air tawar, tetapi sebagian kecil di temukan di laut dan darat.
6.      Bagian tubuh lintah terdiri atas mulut, rahang, tembolok, dan penghisap bagian depan dan belakang yang berguna untuk mengisap darah.

  1. DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2015. Cacing tanah. Tersedia.                                                                               http://www.namalatin.com/cacing-tanah/ (online), diakses tanggal 15 Maret 2015.
Anonim b. 2015. Lintah. Tersedia. Http://www.brc-karawaci.com (online), diakses tanggal 15 Maret 2015.
Anonim c. 2015. Tersedia       https://bioearthworm.wordpress.com/tag/morfologi-  cacing-tanah/(online), diakses tanggal 16 Maret 2015.
Anonim d. 2015. Tersedia      http://www.galeripustaka.com/2014/03/klasifikasi-annelida.html (    online), diakses tanggal 16 Maret 2015.
  Bunda Halang, Dharmono, Mahrudin, M.Arsyad, dan Amalia Rezeki. 2015. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Banjarmasin: FKIP UNLAM Banjarmasin.
   Hegner, Robert.W. & Joseph G.Engemann. 1968. Invertebrates Zoologi. London : The Macmillan  Company Collier-Macmilllan Limited.
Kimball, John W. 1998. Biologi Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga